JANGAN
JADIKAN AKU YANG KEDUA
Motor
Yamaha Matic warna hijau, milik sahabatku Lina telah terparkir didepan
terminal, dan nongkrong di depan warung bakso milik entah siapa namanya, inilah
kebiasaanku dan Lina setelah pulang kerja. Lina selalu mengantarkan aku ke
Terminal, saat pulang kerja, dan dia baru pulang, ketika bus yang aku tumpangi
melaju meninggalkannya. Lina sangat takut kalau aku, kenapa – napa di sini,
atau mungkin dia takut, kalau aku nyasar. Soalnya aku, sendirian di kota ini.
Padahal
nggak mungkin juga, karena aku sudah, membawa peta Dora The Explorer, jadi yang
ada di otakku saat pulang kerja adalah, kantor, terminal dan Apartmenku, coba
di ulangi, Kantor, terminal, apartmenku. Hahaha apa coba.
Sebuah
bus warna biru, akan berangkat meninggalkan terminal, aku meletakkan gelasku
yang sudah tandas dari tadi, dan aku bersiap. “Lin aku pulang dulu ya”Kataku
berdiri dan meregangkan otot – ototku. “Hetong – hetong ya cyiiin”Balasnya,
bahasa apa coba tuh. Sepertinya dia sangat mengerti, penderitaanku Karena
lamban mencerna bahasa apa yang dia keluarkan, “Hati – hati ya cyiiin, oh ya
kalo di flat kamu, nggak ada makanan, telepon saja aku.”Tambahnya.
“Bakal
dikirim makanan?”Jawabku memastikan, “Nggak juga sih, flat kamu jauh, sejauh
hatiku padamu.”Katanya,haaah tuhkan penyakit alay nya kambuh, malah lebih parah
dari penonton bayaran di tipi, yang hanya bisa bilang Lalaalaa..Yeyeeye..udah
gitu doang, daripada nih otak semakin ngaco nggak karu – karuan, mending akika
cyiiin pulang, nahkan ketularan. Aku meninggalkan Lina yang sedang asyik menikmati
es kelapa mudanya.
Aku
berjalan menuju, bus yang sebentar lagi akan berlalu itu, dari kejauhan Lina
berteriak. “Mas…nitip sahabat saya !!!! Jangan lupa ya, turunin sahabat saya,
di apartmen yang dekat bengawan Solo itu, jangan bawa ke ngawi, entar dia
nangis!!!”Teriak Lina dari kejauhan, saat mas Keneknya masuk, dan berdiri di
depan pintu busnya, “Beres mbak. Tenang aja saya nggak akan culik sahabat
mbak.”Jawab Mas Kenek tadi.
Bus
berlalu, meninggalkan Lina yang masih asyik di, warung bakso tadi, entah dia,sedang
kencan atau lagi pacaran sama abang baksonya tadi atau ngapainlah terserah dia.
Hari ini, aku sedikit beruntung, aku mendapatkan tempat duduk, dekat mas kenek
tadi, dan aku perhatikan mas kenek itu, tampan juga ya, meskipun agak sedikit
tambun, dan tingginya nggak sampe semester, tapi telah menarik hatiku.
“Tadi
sahabatnya ya mbak?”Mas Kenek tadi, membuyarkan lamunanku, hah mau bilang nggak
kenal juga nggak mungkin, soalnya tadi dia kan sama aku. “Eh..iya tadi sahabat
aku, namanya Lina, dia agak sedikit alay juga sih.”Jawabku, terlihat dari
ekspresi masnya menahan tawa. “Cantikkan mbaknya daripada sahabatnya” Celetuk
Masnya. “makasih”Jawabku malu – malu unyu, masnya hanya bisa senyum aja dari
tadi.
“Danang”Mas
itu tiba – tiba mengulurkan tangan kanannya, baru aja aku berdoa, sama Tuhan,
Ya Tuhan Tolong banget, akhiri masa perjombloan ini, agar aku kalau kondangan bisa
ajak temen, hahahaha ternyata do’aku sudah dijawab sama Tuhan, dengan awal
perkenalanku dengan Mas Kenek bus ini, , berarti wajahku sangat teraniya dong, kampret.
halah apa coba.
“Mau
sampe kapan, nih tangan kanan dianggurin, capek tau”Suara protes Mas Danang,
membuat aku terhentak dari lamunanku, yang udah kemana – mana. “Sorry.. aku Abimana
Putri Kenindra Prihambodo, Mas Endut cukup, panggil aku dengan Bie.”Jawabku.
“Namanya
panjang ya, kayak stasiun lengkap dengan kereta sama gerbongnya.”Kata Mas
Danang. Iya jangan salahkan aku juga, yang kasih nama kan orang tua, bukan aku.
Aahh please deh.
Rasanya
aku nggak mau, turun dari bus ini, mau diajak ke Ngawi sekalian, tapi
haloooo!!!! Uang didompet tinggal 5000, ya nggak bakalan cukup, bisa – bisa
diturunin di jalan. “Boleh minta nomornya?”Kata Mas Danang lagi, nah ini adalah
jawaban Tuhan yang nomor dua, dia minta no hape aku, hahaha.
“Boleh”Jawabku,
kemudian aku mindiktekan satu – satu nomor ponselku, dan Mas Danang mencatatnya
dengan teliti. Yaaaa semoga dengan begini, aku bisa punya pacar kemudian suami
yang baik hati deh.
@
Ditemani
angin dari Bengawan Solo, yang berhembus sepoi – sepoi, aku berdiam diri di
balcon apartmen, jujur aku sangat merindukan Mas Danang, dan saat tadi juga aku
resmikan namanya menjadi Mas Endhut, karena sesuai dengan postur tubuhnya.
Aku
tertawa sendirian, saat mengingat perkenalan singkat tadi, jujur aku jatuh
cinta dengan Mas Endhut, dan aku sangat merindukannya, semoga Tuhan merestui
kami berdua. Tuhan pasti mengirimkan Mas Endhut, buat jadi jodoh aku (Sangat
berharap sih). Jika dia tidak yang terbaik buat aku, aku rela kok, pasti Tuhan
akan menggantinya dengan yang lebih baik lagi.
@
“Apa!!!!
Kamu suka sama Mas Kenek yang kemarin itu?”Kata Lina histeris, saat berada
diruanganku. Langsung saja aku bungkam, mulutnya dengan tanganku, “Psssttt!!!
Bisa nggak, kalo ngomongnya nggak pake teriak – teriak.”Kataku.
“Sorry..aku
terlalu semangat sih,hihi”Kata Lina melepas tanganku, kemudian nyengir kayak
kuda abis sikat gigi. “Udahlah, aku Cuma pengen jatuh cinta, tanpa satupun orang
yang tau.”Kataku, nih anak emang bakat dari lahir, nyebelinnya. Kalau bukan
sahabat, udah aku bunuh kali dia, tapi kalau dia aku bunuh, terus siapa yang
anterin aku ke terminal, makanya sampe sekarang aku pertahankan dia.
“Iya,
semoga tuh mas – masnya, yang kamu taksir itu nggak kerasa, sial karena kamu”Kata
Lina lagi, aaah tuh kan, nyebelin. Tapi meskipun begitu, aku menyayanginya
sebgai sahabat.
@
Aku
udah, ada disini sejak 30 menit yang lalu, aku sengaja menyuruh Lina
meninggalkanku, karena aku memang lagi mau ketemuan sama Mas Endhut, di depan
terminal (kayak anak muda aja ya ketemuan). Di terminal juga, nggak modal
banget ya. Hahahaha maklum lagi tanggal tua.
Aku
nunggu mas Endhut, diwarung bakso, tempat biasanya, aku dan Lina nongkrong.
Sudah 3 bus kota, yang satu trayek dengan Mas Endhut masuk terminal, tapi yang
busnya Mas Endhut, belum nongol juga, rasanya bosen juga, mana yang jual bakso,
nyoba ngibur aku pake nyanyi, entah judul lagunya nggak ngerti, dan sairnya itu
mulu. Heh kalau nggak karena Mas Endhut, aku tinggal tidur nih orang.
Katanya
udah deket aja dari tadi, tapi kenapa nggak nyampe – nyampe, berarti nyasar
dimana Mas Endhut, oh iya lupa, dia nggak bawa Petanya Si Dora sih, jadi
nyasar. Halah semoga saja nggak.
Bus
warna biru, yang sama kayak kemarin, terlihat dari kejauhan, dan terlihat Mas
Endhut, sedang berada dibangku belakang, sambil menghitung penghasilannya
seharian ini. “Mas Endhut!!!!”Teriakku, dari kejauhan, malah dia celingukkan
nyari sumber suara, hem dasar. Busnya masuk ke terminal, aku mengejarnya tapi
beneran, ngejarnya, Cuma kuat lari satu meter aja. Yaelah keberatan lemak sih.
Yaudah
aku putuskan buat nunggu Mas Endhut di depan Pos ajalah. Daripada capek –
capek, aku lari ngejar busnya. Aku keluarkan, smartphoneku dan SMS dia.
Untuk : Mas Danang
Pesan : Uda d depan nie, cepet kluar!!
Sending!!
Yes semoga terkirim, dan dia cepetan keluar. Okeh lagi berharap, nih sambil
nunggu Mas Endhut, aku pesen minum ah. “Bang Es Kepala Muda satu lagi.”Kataku kepada
abang penjual es kelapa muda, yang ada didepan pos satpam
“Ma’af
mbak, disini nggak jual es kepala muda, adanya kelapa muda.”Kata Abang yang
jualan. “Nah maksud saya itu bang, gara – gara jatuh cinta jadi
belibet.”Kataku.
“Ciye…ketahuan
nengnya lagi jatuh cinta, sama siapa? Yang jelas nggak sama abang kan?”Goda
Abangnya sambil memberikan es padaku, yaelah nih orang pake narsis segala, mata
aku juga masih normal kale, kalau jatuh cinta sama yang mudaan sedikit, bukan
sama bangkotan.
Udah
15 menit, aku disini nih orang nggak keluar – keluar, pesan aku juga nggak
dibalas nih orong kemana sih ah, please deh. Aku berdiri dan berjalan menuju
pintu keluar, baru selangkah aku berjalan abang es kelapa muda, udah panggil –
panggil, emang dasar ngefans kali ya.
“Yaelah
gelasnya mau dibawa pulang juga neng?”Kata Abangnya, oh iya, kan udah habis,
kenapa gelasnya ikutan dibawa juga. “Ma’af bang khilaf”Kataku, meletakkan gelas
di gerobak abangnya.
Aku
berjalan menuju, pintu keluar. Disana hanya ada, beberapa tukang ojek yang
nongkrong diwarung deket sama pintu keluar terminal. Duuuh mana sih Mas
Endhutnya kok lama ya. Aku uda nyoba sms beberapa kali masih belum dibalas, aku
coba telepon tetep aja nggak diangkat. Rasa hati mulai nggak karuan nih, aku
putuskan untuk kembali ke warung tadi, dan untuk pulang aja, baru aku balik
badan dan boo!!!
“Biiee!!!”Mas
Endhut, mengagetkan aku, dan muncul dari belakang. “Ya ampun nih orang, hobi
banget ngagetin manusia”Kataku sambil memegangi dadaku. “Ditelpon nggak diangkat,
di SMS nggak dibalas abis darimana aja sih?”Tanyaku dengan kesal.
“Sorry!
Tadi aku luluran, abis itu mandi dulu, terus berendam, terus tidur.”Katanya
sambil cekikikan. “Ihh nyebelinnya sama kayak Lina, beneran”Kataku bener –
bener kesal.
“Kita
makan dulu yuk”Ajak Mas Endhut sambil menggandeng tangan kiriku, please deh
Tuhan emang sangat mengerti umatnya, tau aja pas lagi lapar. Diajak makan, tapi
gimana kalau aku disuruh bayar ?. mana uang di dompet tinggal lima ribu rupiah.
Aku
dan Mas Endhut, berjalan ditepi jalan. “Katanya mau ngomong?, mau ngomong
apa?”Kata Mas Endhut, oh iya rencananya aku mau ngomong kalau aku suka sama
dia, padahal dari tadi pagi aku udah latihan sama Lina, kenapa yang ada di
otak, semua jadi hilang.
“Emmm…aku
mau ngomong, kalau aku…aku…aku…aku…aku…”Aduh kenapa semua yang ada dikepala
hilang semua sih Tuhan, “Aku kenapa?”Tanya Mas Endhut “Aku suka makan tempe”Lah
kenapa yang nyeplos dari otak itu ya? “Berarti dari tadi mau ngomong, ya itu
ngomongnya, suka makan tempe??”Tanya Mas Endhut bingung. Aku hanya nyengir aja
kayak kuda abis sikat gigi.
“Kalau
itu mah aku juga suka, makan tempe” Jawab Mas Endhut lagi, haha ternyata kita
sama..ternyata kita sama. “Aku padahal mau ngomong, kalau aku suka sama Mas
Endhut.”Kataku dengan sendirinya, nah tuh lancer ngomongnya, dasar orang kalau
lagi jatuh cinta begitu, kalau ngomong suka belibet.
Dhegh!
Langkah Mas Endhut terhenti, sesaat. “Kamu suka sama aku Bie?”Tanya dia lagi,
sepertinya dia memang agak terkejut dan nggak siap dengan ucapanku. “Kamu suka
sama aku?”dia masih bertanya lagi, ini beneran nih kali ini. “Sebenarnya aku
juga sama kamu beneran.”Katanya, Yees akhirnya aku punya pacar juga, nggak
apalah kenek bus kota.
Kita
lanjutkan lagi perjalanannya. Mas Endhut berani pegang tanganku sekarang.
“Beneran nih kita jadian ?”Kataku lagi meyakinkan, “Iyaaa!!!!”Jawabnya dengan
penuh keyakinan dan benar – benar yakin.
“Eh…iya
warung makannya kelewatan”Katanya, hah bias – bisanya sampe nih warung
kelewatan dasar kita adalah orang aneh. Hahahaha.
@
Aku
bersenandung kecil menuju dapur, untuk membuat makan malam, padahal baru aja
makan sama Mas Endhut udah laper lagi. Dasar nih perut apa karung sih.
Aku
membuka jendela dapur, yang langsung mengarah ke sungai bengawan Solo, sangat
sejuk udara malam ini. Lampu – lampu rumah penduduk yang ada di seberang
sungai, membuat indah malam ini, seperti malam dan kunang – kunang.
Sangat
lucu kejadian tadi, bagaimana saat aku dan Mas Endhut saat jadian, rasanya aku pengen
mengulang kejadian tadi, kejadian yang mungkin tak akan aku alami lagi dalam
hidupku. Tuhan benar – benar sangat baik dengan aku.
Hari
ini aku, akan membuat nasi goreng ala hidupku sendiri. Baru saja aku, akan
melaksanakan niatku. Smartphone yang ada di sampingku berbunyi. Dari sebuah
nomor yang tidak aku kenal. Langsung saja aku angkat tanpa rasa curiga.
“Halo…”Sapaku
mendahului suara yang ada diseberang sana. “Halo.. bisa bicara dengan pacarnya
Danang?”Tanya Suara yang ada diseberang, terdengar suara perempuan. Tapi siapa
ya, kok tiba – tiba Tanya begitu. “Iya dengan saya sendiri”Jawabku.
Nada
suara diseberang sana berubah. “Eh..Mbak emang nggak ada cowok lain apa? Sampe
suami orang direbut. Mbaknya harus tau Kalau Danang itu suami saya, jangan
rebut suami saya…..!!! tut..tut..tut”Wanita diseberang sana menutup teleponnya.
Bagai
disambar petir ketika, aku mendengar suara itu, betapa hinanya aku ketika aku telah
merebut suami orang. Aku mengurungkan niatku untuk memasak hari ini. Aku
terduduk di kursi dapur, badanku lemas, tulangku terasa di lolosi satu persatu.
Aku
telah salah mencintai orang, aku mencintai suami orang. Aku nggak tau, benar –
benar nggak tau.
Aku
menangis sejadi – jadinya, aku ledakkan semua tangisanku. Andai saja disini ada
Lina, aku akan ceritakan semua kepada Lina, meskipun dia hanya bisa angguk –
angguk, tapi aku tetap bisa plong setelah cerita sama Lina.
@
Terpaksa
aku, berangkat kerja dengan mata sembab + bengkak gara – gara semalam, aku
hanya bisa cerita dengan Lina, benar dugaanku, Lina hanya angguk – angguk saja,
saat aku cerita, tapi setelah itu dia, memeluk dan menenangkan aku, dia paham
betul dengan perasaanku.
“Yang
sabar ya Bie, aku tau kamu sangat sakit, tapi mungkin jalan yang terbaik buat
kamu dan Endhut mu itu ya putus, kalau kamu teruskan ya kamu akan celaka,
percaya sama aku.”Kata Lina.
“Tapi
aku cinta sama dia Lin, kamu harus paham dengan aku.”Kataku bersikeras dengan
pendapatku. “Aku mengerti tapi apa kamu, tetap ngerasa tega kalau kamu juga
menyakiti perasaan hati wanita lain. Lupakan Danang, okeh”Kata Lina, aku akan
coba deh, apa yang dibilang sama Lina.
“Okeh
aku, bakalan tinggalin Mas Danang, kalau dia memang bukan buat aku, Tuhan akan
menggantinya, dan aku sangat percaya itu. Waah baru kali ini, Tuhan menguji aku
kayak gini.
@
Lagi
aku, mengajak Mas Endhut ketemuan di Café dekat terminal, aku mau akhiri
hubungan gelap ini. Hah hubungan gelap? Emangnya nggak pake lampu cyiiin? Tau
deh ah.
Aku
harus nunggu Mas Danang pulang dari Ngawi dulu, jadi mungkin agak sedikit lama.
Untung aja, aku nggak mati kebosanan gara – gara menunggu, dari tadi pihak
café, sedang memutar film Indonesia, entah apa judulnya.
“Hay..udah
lama nunggunya?”Tanya Mas Endhutnya, aku menoleh kearahnya. “Nggak baru kok
beneran suer.”Jawabku. “Iya aku percaya, nggak usah pake suer segala.”Kata Mas
Endhut.
“Kayaknya
aku, nggak usah pake lama lagi, aku mau ngomong sama mas”Kataku tanpa basa –
basi lagi. “Mau ngomong apa Bie?”Tanya dia bingung. “Hubungan kita sampai sini
saja ya. Aku nggak bisa terusin lagi.”Kataku, meskipun berat, tapi aku harus
bilang ke dia.
“Kenapa?
Aku salah apa sama kamu Bie?”Beneran Mas Endhut hari ini bingungnya tingkat
maksimal diatas luar angkasa. “aku nggak mau jadi perebut suami orang, aku
sayang sama Mas, tapi aku nggak mau rusak rumah tangga mas.”Kataku.
“Jadi
kamu tau kalau aku, sudah beristri?”Mas Endhut mencoba meyakinkan aku lagi. Aku
mengangguk, “Baiklah aku mengalah Mas”Kataku, sambil menahan tangis. Terasa
sesak dadaku, menahan tangis. “Tapi Bie, aku sayang sama kamu.”Katanya lagi.
“Aku
tau mas, tapi istri mas lebih sayang lagi sama Mas, mas harus paham itu.”Kataku
menelungkupkan wajahku diatas meja. “Bie..aku tau kamu sangat kecewa dan sedih,
tapi emang seperti itu nyatanya, kamu bisa terima keadaanku kan Bie?”Tanya Mas
Endhut lagi.
“Iya,
aku terima keadaan Mas, tapi aku mau kita pisah aja, nggak apa kan mas, tolong
mas hargai niat baik aku ya”Kataku. Mas Endhut memelukku. “Iya aku sangat
menghargai niat kamu Bie, kalau emang itu mau kamu, aku nggak bisa nolak,
ma’afin aku ya”Katanya kemudian memelukku. Aku mengangguk.
Mas
Endhut memelukku, dengan sangat erat sekali, aku tau, dia tidak mau kehilangan
aku sama sekali, aku juga punya perasaan yang sama dengan Mas Endhut.
@
Hari
cepat sekali berganti, tapi entah rasa sakit yang aku rasakan benar – benar
belum hilang ataupun pergi. Aku masih suka menangis sendiri, ketika ingat sama
Mas Danang. Tapi aku percaya Tuhan, akan memberikan yang terbaik dari yang
terbaik.
Aku
lalui hariku seperti biasa, yaa setiap hari pulang kerja, nongkrong dengan
Lina, di warung Bakso depan terminal entah abang siapa namanya yang punya. Aku
juga masih sering melihat Mas Danang, tiap busnya mangkal diterminal. Tapi aku
sendiri sering menghindar dari dia.
Aku
putuskan hidupku tanpa cinta, aku nggak mau karier aku tersendat gara – gara
cinta, jadi untuk tahun ini aku jomblo lagi lah, sampai ada yang lebih baik
dari Mas Endhut.
@
Tamat
bagus
BalasHapus