SEMUA TENTANG RIZKY
Udah hamper 30 menit, aku berada
didepan kantorku, eh kenapa dari tadi nggak ada angkutan umum yang lewat sih,
mana mau maghrib juga, Tuhaan!! Tolong Gita!. Nggak biasanya juga kayak gini.
Jangan ngeluh dong ah.
“Mbak Gita,masih belum pulang juga
ya?”Sapa salah satu dari karyawanku, kalau udah ada angkutan umum, ya aku udah
Pulang. “Belum ada Angkutan Umum nih.”Kataku, dengan setia, tetap berdiri di
depan Minimarketku. “Mbak ini owner, heran saya, kenapa masih suka naik
angkutan umum, padahal ya kan kalau dipikir naik angkutan umum itu, desak –
desakan, baunya nggak enak, dan masih banyak lagi, kenapa sih nggak milih naik
mobil pribadi aja?”Tanya karyawan aku, yang benar – benar nyebelin ati.
“Aku dari SD emang suka, naik
angkutan umum, jadi aku udah mengerti dan kenal seluk beluk tentang bus kota.”
Kataku, “Ehm gitu ya, yaudah aku pulang dulu ya mbak, ati – ati dijalan.”Katanya
kemudian, berlalu meninggalkanku sendirian.
Dari kejauhan Nampak sebuah bus
angkutan umum, aku kenal merknya, tapi ya sudahlah daripada aku sendirian
disini, mending naik ajalah. “Ya Tuhan..”Saat bus itu berada tepat didepanku,
aku mencoba mengurungkan niatku untuk naik, tapi kalau aku nggak naik, aku
bakalan disini sampe malem.
Bismillah, akhirnya aku naik juga,
meskipun gelantungan di pintu bus ini, asal nggak kena marah sama Bang Affan,
kakak aku satu – satunya itu, yang mungkin 2 tahun ini menjadi semakin dekat
denganku, karena kematian kedua orang tua yang sangat aku cintai, dan dia
dengan ikhlas dan suka merawat aku.
“Turun mana mbak?”Suara Cemprang Mas
Kenek ini ngebuat aku jadi, terbuyar dari lamunanku. Aku mengeluarkan selembar
sepuluh ribuan. “Turun Apartmen yang deket bengawan solo itu, saat mas kenek
itu, mau memberikan kembalian padaku, dan dengan bodohnya aku, aku menjawab.
“Kembaliannya buat Mas aja.”Kataku sok bijak.
Dengan senang hati Mas Kenek itu,
mengembalikan uangnya disakunya. Gita… uang didompet tinggal segitu, kenapa
kembaliannya juga ditolak, kosong kan sekarang dompetnya, hadeeh!.
@
Ada seonggok manusia, dikursi tunggu
depan flatku, ehh bukan seonggok ding ini manusia, abang aku. Bang Affan,
ternyata dia udah ada disini dari tadi. “Kok Baru pulang?”Tanya Bang Affan
dengan wajah penuh selidik.
“Kendaraan umumnya susah Bang!”Kataku,
“Makanya kamu kalau diajari naik motor, mau. Jangan ngeles mulu kayak bajaj.”Kata
Bang Affan. “Nggak, aku tetap nggak mau naik motor,aku mau naik angkutan
umum.”Kataku dengan keukeuh, kalau udah kayak gini Bang Romi nggak bakalan kata
apa – apa lagi.
“Nih, abang bawain makanan buat
kamu, tadi kebetulan abang lewat sini.”Kata Bang Affan. Sambil menyerahkan
kresek hitam kepadaku. Emang sejak tahun lalu, Bang Affan memang udah nggak
tinggal denganku, dia memilih harus tinggal di Apartmen juga yang tidak jauh
dari kantornya.
“Nggak mampir dulu?”Tawarku, Bang
Affan selalu menolak, “Nggak usah, abang nggak enak sama tetangga kamu,
dikiranya abang simpenan kamu lagi”Katanya agak ngocol sedikit. “Yaelah abang,
aku juga masih normal, kalau aku, mau nyari simpenan ya gantengan dikit lah,
nggak kayak abang.”Kataku diselangi gelak tawa.
“sialan kamu”Katanya,dengan kesal,
seperti biasa kalau setiap aku mau pergi atau abang mau pergi selalu cium
tangan abang aku ini. “Jangan lupa nggak boleh makan mie instan terlalu banyak,
nggak usah makan saos, nggak usah minum soda atau soft drink, dan ingat nggak
usah kemana – mana.”Kata Bang Affan seperti biasa, aku hanya bisa menarik nafas
aja, dan berkta baiklah.
@
Seperti biasa, aku kalau pagi,
selalu naik angkutan umumnya Pakdhe, biar dapet gratisan, hahahahaha. Dan yang
jelas sampai lebih awal.
Heeh..udah lewat 5 menit aku telat,
mana mau nyebrang lampunya ijo,dan baru 25 detik lagi dah, Ya Tuhaannn!! Kalau
kayak gini mah, nggak bisa dibilang memberikan contoh yang baik buat anak –
anak yang lain dong.
Ada yang mengejutkan aku, saat aku
berdiri, di sebelah tiang lampu traffic light, mas kenek yang kemarin, busnya
aku naiki, dia menonjolkan kepalanya dan entah, dia bilang apa nggak jelas
ditelingaku. Aku hanya tersenyum aja melihat tingkah gilanya. Busnya semakin
menjauh, tap dia tetap memandang wajahku.
Yaaa, aku akui aku jatuh cinta untuk
yang pertama, dengan ma situ, mas kenek yang entah berantah itu, namanya. Akh
udah merah lampunya, aku bisa menyebrang ke seberang jalan raya.
@
Waaw, hari ini hari Jum’at, waktunya
aku pulang awal dari biasanya, aku pengen ketemu mas yang kemarin malam, mas
siapa ya namanya, aku jadi penasaran gitu. “Daripada naik angkutan umum, aku
anterin pulang gimana mbak?”Tawar Mona, dia karyawan aku.
“Nggak usah deh, aku bisa pulang
sendiri.”Jawabku. “Rejeki datangnya hanya sekali mbak, jadi aku nggak bakalan
nawarin lagi.”Kata Mona lagi. “Yaudah sana pulang, entar kamu kemaleman loh
pulangnya.”Kataku lagi, dia kemudian berpamitan dan berlalu meninggalkan aku sendirian.
Masih jam 4 sore, aku pengen ketemu sama
mas yang kemarin, tapi kalau jam segini kayaknya nggak mungkin deh, kemarin
aja, aku ketemu dia, pas waktunya Maghrib gitu. Lebih baik aku, ke terminal
ajalah, tapi naik apa? Naik angkutan umum njam segini juga nggak ada, paling
terakhir jam 3 sore.
Bismillah jalan kaki ajalah. Okeh
aku niatkan, untuk jalan kaki, menuju terminal Bus Kota, Yaelah segitunya Demi
Cinta mbak Gita. Heeem okeh kita lets goo!!! Ke terminal, aduh tapi terminalnya
jauh.
Lest go!! Gita, ayo!!! Jangan
nyerah!! Ayo !!!, yaelah baru beberapa meter, udah capek banget. Aku putuskan
untuk istirahat disini aja, kaki aku terasa sangat sakit sekali. Aku duduk
disebuah tempat duduk, dan membuka sepatuku. Rasanya emang bener – bener sakit
banget, terlihat memar biru di kaki kananku.
Kayaknya, kaki aku emang nggak biasa
diajak jalan jauh deh, mana pake staleto dengan hak 15cm juga, coba bayangkan.
Dari Kejauhan, terlihat sebuah bus
berwarna sama dengan, busnya mas yang kemarin, wow hatiku bener – bener
dag..dig..dug!, Oh Tuhan ternyata mengerti dengan apa yang aku rasain, aku
bersiap memakai sepatuku. Saat Bus Kota, semakin mendekat. Kenek busnya,
menyembulkan sebagian dari tubuhnya.
Ternyata bukan mas ganteng yang
kemarin malam, aku urungkan niatku untuk naik bus itu, aku kembali duduk, dan
bus melewatiku begitu saja. Sabar Gita, pasti sebentar lagi mas ganteng lewat,
dan kamu bisa kenalan sama dia, okeh!.
Okeh, aku kembali duduk, di kursi
yang tadi. Tuhan tolong dong, aku mau ketemu sama dia, aku kan juga nggak mau
jadi jumblo permanen juga Tuhan.
Aku melihat jam tanganku lagi, udah
jam 16.35, yaelah harus berapa lama lagi aku menunggu Mas Ganteng. Aku nggak
sabar pengen ketemu sama dia Tuhan, Okeh aku mau, jalan lagi sampe terminal,
siapa tau entar ada pangeran berkuda putih, yang mau kasih tumpangan,
hahahahaha sangat berharap.
Ayo Gita !!! kamu pasti kuat,
terminal udah ada didepan mata, masa’ udah nggak kuat lagi sih? Aaah ini kali
pertama, aku berjalan kaki sejauh 3 kilometer dengan highhels, begini seminggu
aku, bakalan kurusan, dan betis jadi betis pesepak bola. Hahahahaha.
Tapi saat aku sampe terminal, udah
gelap, Adzan dari dalam terminal berkumandang, dan nggak ada bus yang parker
didepan terminal, kayak biasanya. Hadddduuuuh!!! Gazwat dunia persilatan nih,
Ahh Tuhan.
Aku tak membuang kesempatan, aku
langsung Tanya aja sama, mas – masnya yang sedang duduk, di dekat Pos Satpam,
aku tau mas ini adalah, satu trayek sama, dengan mas ganteng yang kemarin. Jadi
dia tau pasti, busnya Mas Ganteng ada dimana sekarang.
“Ma’af mas saya mau Tanya, bus GM
yang depannya ada tulisan Just For You,
kok nggak ada?”Tanyaku, “Ooh bus itu jadwalnya tidur, diterminal Mbak, bareng
sama saya, tapi kebetulan masih perjalanan dari Ngawi kesini.”Jawab Masnya,
Dhueng!!! Tuhan, kalau tau seperti ini keadaannya, ya aku nggak bakalan sengsara.
Rasanya tulangku kayak dilolosi satu
per satu, aku mulai lemas, kakiku yang aku paksakan tadi, mulai terasa sangat
sekarang. “Yaudah Mas makasih.”Kataku, aku duduk sendirian di pot bunga, air
mataku menetes dengan deras. Ya Tuhan kenapa harus begini coba’.
“Gita!!!”Suara melengking Bang
Affan, membuat aku terkejut dan menoleh, Benar mobil warna putih berhenti
didepanku. Bang Affan membuka jendela, mobilnya. “Kamu ngapain sendirian
disini?”Tanya Bang Affan, aku nggak ngejawab langsung saja, aku berlari menuju
masuk mobil Bang Affan.
@
Sepanjang perjalanan Bang Affan,
hanya terdiam saja, dan tidak berkata apapun, aku sangat paham dengan sifat,
Bang Affan jika seperti ini, pasti dia sedang ada masalah sesuatu, atau sedang
marah denganku.
“Kamu nggak pernah, jalan kaki dari
minimarket, sampai terminal. Kamu kenapa lakuin itu?”Kata Bang Affan menatap
tajam kearah wajahku, aku hanya bisa menunduk saja. Demi Tuhan, aku nggak
ingin, Bang Affan marah. “Aku jatuh cinta.”Jawabku dengan menunduk.
Aku sempat, melirik wajah Bang
Affan, kening nya terlihat terkerut, sepertinya dia heran dengan jawaban aku,
“Jatuh cinta?! Pria seperti apa yang bisa, ngebodohin kamu, sampai rela nyuruh
kamu, jalan kaki dari minimarket sampai terminal?”Nada Suara Bang Affan mulai
meninggi.
Demi Tuhan, aku nggak mau Bang Affan
marah, kayak gini. “Gita jatuh cinta sama, kenek Bus Kota Bang, dia nggak
nyuruh aku, buat jalan kaki, hanya saja, aku yang mau ngebuktiin kalau aku,
beneran sayang sama dia bang.”Kataku. Bang
Affan terdiam, “Bukan begitu seharusnya Ta.”Kata Bang Affan.
“Ya udah, nggak usah diulangi lagi,
Abang nggak suka kamu seperti itu, sekarang kamu obati kaki kamu, dan
istirahat.”Kata Bang Affan. Kemudian, berlalu meninggalkan apartmenku. Demi
Tuhan, aku nggak pernah lihat Bang Affan semarah ini.
Aku langsung saja, masuk kekamar dan
membersihkan diri, okeh aku janji nggak akan mengulangi lagi.
@
Baru jam 06.00, aku udah sampai ke
terminal, aku bermaksud untuk, bertemu dengan Mas Ganteng pujaan hati aku.
Heeem, hari ini harus ketemu sama Mas ganteng, semoga Tuhan mendengar do’aku.
Hari ini, cukup spesial buat dari
yang kemarin, kenapa? Karena aku nggak pakai sepatu berhak tinggi, tumit aku
lecet sampai biru, tapi sebenarnya aku lebih nyaman begini, daripada pakai
highels, tapi menyesuaikan kondisi juga.
Aku celingukkan, mencari busnya Mas
ganteng, ternyata nggak ada, kemana sih nih orang. Siapa tau, dia bentar lagi
datang, aku putuskan untuk duduk di ruang tunggu, dan kebetulan tivi di ruang
tunggu, sedang memutar filem favorit aku, Upin Ipin, Yaelah!.
Kalau disuruh nunggu, sampai
kapanpun juga, kalau disuruh nunggu sambil lihat Upin – Ipin ya emang nggak
kerasa. Tapi kan aku juga harus kerja, kalau boleh tivinya mau aku copot dan
bawa pulang, hahahahahah.
“Eh..Mbak yang semalam, kok ada
disini mau ngapain? Ke Surabaya?”Tanya Mas yang kemarin malam, “aku masih
nunggu, bus GM yang aku Tanya semalem itu sama mas, kok nggak ada ya, padahal
udah dari tadi aku nunggu lama.”Kataku, dengan semangat.
“Ya Tuhan Mbak, bus yang mbak
tunggu, udah berangkat jam 06.35 tadi, mbaknya telat sih”Kata Masnya, Lhah!
Nggak ketemu lagi. “Emangnya ada urusan apa, sih sama bus itu?”Tanya Masnya
lagi, “Nggak ada apa – apa kok.”Kataku, aku berdiri dan bersiap untuk
melenggang. “Ati – ati ya mbak, kalau berangkat kerja”Kata Masnya lagi, aku
hanya melempar senyum saja.
@
“Mbak Gita, nggak apa? Tuh kakinya?”Tanya
Rahma padaku, memang selama ini perhatian sama aku, “Nggak Apa Ma, Cuma lecet doang
dikit, besok juga sembuh.”Kataku,kemudian tetap fokus memeriksa barang – barang
yang ada di depanku. “Nggak mungkin pasti itu sakit banget, yakan ngaku atuh
mbak.”Desak Rahma.
“Ma, aku kan udah bilang, aku nggak
apa – apa.”Kataku meyakinkan Rahma, kalau aku memang bener – bener nggak apa –
apa, tapi sebenarnya aku juga takut, kalau terjadi apa – apa dengan kaki aku,
atau mungkin harus di amputasi, hahah terlalu alay.
“aku keruanganku dulu, kalian jangan
nakal ya.”Kataku, kemudian dengan tertatih berjalan menuju ruanganku yang
letaknya ada di ujung lorong, tapi tetap masih bias melihat kearah jalan raya.
Ya Tuhan, kapan aku bisa ketemu sama Mas itu, padahal aku pengen ketemu sama ma
situ.
Aku duduk dan menghadap ke tembok,
yang terbuat dari kaca, kalau aku bener – bener lagi, bosan dengan pekerjaanku,
aku menghadap ke luar, dan memandangi kendaraan yang lalu lalang. Siapa tau ada
yang ganteng, kemudian nyantol ke aku. Halah ada – ada aja, nih manusia satu
ini.
Nggak sengaja aku saat, menghadap ke
arah luar, Mas Ganteng itu lewat dan, tau keberadaanku yang sedan menatapnya,
kita seperti jodoh yang direncnakan sama Tuhan. Dia tersenyum padaku, meskipun
hanya lihat wajahnya sebentar aku, sangat bersemangat.
Terima Kasih Tuhan, Hah aku seperti
kekeringan yang mendamba hujan, dan akhirnya kedamba juga. Haha bahasanya kayak
puitis banget.
@
Hari ini, adalah malam minggu, aku
hari ini ingin seperti kemarin, berjalan menuju terminal, dengan berjalan kaki.
Ini udah sampe, setengah perjalanan dan bentar lagi sampe terminal, meskipun
kaki sesakit ini, tapi nggak kerasa. Aku sekarang paham, sama jadwal Mas
ganteng sekarang.
Terlihat dari kejauhan, itu ada
sebuah bus. Kayaknya benar itu, busnya Mas Ganteng aku bersiap – siap, untuk
memberhentikan busnya, tapi saat bersamaan ada sebuah truck pasir yang berhenti
tepat didepanku, jadi bener – bener menutupi aku yang bertubuh kecil. Dan
perlahan – lahan, wuuuussshhhh!!! Busnya mas Ganteng melewatiku dengan,
angkuhnya.
Hiiiiiihh!!!! Sebel, aku pengen
makan satu – satu sama, masnya yang godain aku. “Mbak, godain kita
dong!!”Katanya salah satu dari mereka, hah godain pala lu peyang. Tanpa
memperhatikan mereka lagi, aku langsung berlari mengejar bus mas ganteng tadi,
meskipun tidak terkejar olehku.
Air mataku mulai menetes, aku udah
kehilangan akal, hanya mondar – mandir aja dari tadi, dan berani nggak berani,
aku memberhentikan seorang pengendara motor. “Mas!!! Tolong saya!!”Kataku
sambil memberhentikan mas – masnya yang sedang asyik berkendara. “Ada apa
mbak?”Tanya Mas itu, sambil membuka helmnya,
“Saya kan mau pulang, nah bus
terakhirnya sudah lewat, tolong ya mas, antar saya ke bunderan.”Kataku memohon,
“Tapi saya, ada kuliah jam 6 abis Maghrib”Katanya lagi, aduuhh!!! “Mas saya
mohon, anter saya.”Kataku memelas, “Baiklah Mbak!”katanya, fyuuuh masnya mau
anterin aku. “Makasih ya Mas”Kataku, Masnya hanya mengangguk saja.
Udah sekitar 5 menit, kejar –
kejaran sama busnya Mas Ganteng, dan akhirnya terkejar juga, huffft!!! Masnya
yang namanya, entah berantah, yang dengan sukarela, mau anterin aku buat
ngejar, Mas Ganteng, cukup kenceng juga. “Masnya, makasih udah mau anterin
saya.”Kataku saat berada di busnya Mas Ganteng, Ma situ hanya tersenyum saja.
Kemdian Busnya berlalu begitu saja, meninggalkan Mas itu.
“Lhoh Mbaknya sama
siapa?pacarnya?”Tanya Mas Ganteng, healah pacarnya katanya. “Bukan Mas, tadi
nggak kenal, terus saya suruh anterin ngejar busnya mas.”Kataku, “Aku
Rizky.”Katanya sambil, menyerahkan tangan kanannya. “Aku Gita.”Jawabku, sambil
membalas jabatan tangannya.
“Mbak yang kerja di Minimart ‘Alay
Mart’ itu ya?”Tanya dia lagi, “Saya disana bukan kerja mas, saya ownernya
disana.”Kataku, Masnya hanya mengangguk saja, mungkin ini adalah berkah dari
lari – larian tadi, Demi Tuhan ada rasa kepuasan tersendiri buat aku, udah bisa
naik busnya mas Ganteng, eh salah Mas Rizky.
@
Aku jadi semangat pagi, menjalani
hariku. Seperti biasa, aku menunggu angkutan umum sekitar jam 07.15 pagi.
Biasanya kalau jam segini Pakdhe, udah berangkat, kenapa ini belum nongol juga
batang kumisnya Pakdhe? Kira – kira apa Pakdhe lagi libur, atau memang busnya
lagi Rusak? Aduh gimana nih?.
Sebuah bus yang sangat aku kenal,
terlihat dari kejauhan, bus yang ada tulisannya ‘Just For You’ itu semakin
mendekat padaku. Aahhh kenapa aku jadi grogi, naik busnya dia, ada rasa seneng
juga sih. “Eh..Mbak Gita, pagi bener?”Sapanya, “Iya Mas emang, kalau aku
berangkat, ya jam segini, selalu.”Kataku.
“Kakinya udah sembuh kah?”Tanya Mas
Rizky padaku, iiih ternyata dia bener – bener perhatian sama aku. “Masih sakit
sih, tapi udah nggak apa.”Kataku, hari ini aku dapat kesempatan buat berdiri
didekat Mas Rizky, aku seneng banget Ya Tuhan yessss asyyiiikkk! “Mbaknya, ternayata termasuk orang kuat juga
ya, bisa berdiri selama 30 menit, dengan kaki yang sakit.”Kata Mas Rizky lagi,
setelah beberapa menit dia, fokus dengan pekerjaannya. “Nggak apa udah biasa
kok Mas,”Jawabku.
Perlahan penumpang busnya mas Rizky,
udah habis, tinggal beberapa gelintir saja. Ada beberapa bangku yang kosong,
didekatku tapi aku masih memilih untuk berdiri saja. “Mbak, bangku disebelah
mbak itu kosong, kenapa nggak duduk saja?”Tawar Mas Rizky, “Nggak ah Nanggung, bentar
lagi juga sampai ke terminal.”Kataku, heh bodoh banget aku, padahal kaki aku
udah kesemutan, malah bilang begitu, dasar!!.
“Oh..kalau begitu ya udah.”Kata mas
Rizky lagi. Yaelah padahal aku udah bener – bener capek banget, dan persetan
dengan kata – kataku tadi, langsung saja aku duduk di tempat yang paling dekat
denganku.
“Lhah kok duduk mbak? Katanya
nanggung?”Tanya Masnya lagi, “Saya kan juga manusia mas, jadi ya bisa capek
juga.”Jawabku tanpa tedeng aling – aling.
@
Lagi, aku bosan dengan pekerjaanku,
yang sangat melelahkan, aku seperti biasa, memandang kea rah tembok kaca, dan
lagi bersamaan dengan menolehnya aku, Mas Ganteng eh salah Mas Rizky lewat, dan
melemparkan sebuah gulungan kertas tepat didepan minimarketku. Apa ya ngomong –
ngomong, itu isinya?.
Aku penasaran dengan apa yang ada di
kertas itu, kemudian berlari keluar ruangan, karyawanku yang tak pernah
melihatku seperti ini, jadi agak heran, apa yang sedang aku lakukan. Udah nggak
kerasa lagi, kaki yang sakit ini. Aku menuju kertas gulungan yang dilempar sama
Mas Rizky tadi.
Wah takutnya, entar pas aku buka,
isinya anda belum beruntung gimana dong? Nggak mungkin juga kale, bukan arisan
juga ini mah. Dengan sekuat tenaga, aku membuka gulungan kertas tadi, dan
ternyata ada deretan angka, bukan nomor
togel juga. Ternyata nomor Handphone dia, dan tertera namanya Rizky.
Akhirnya dia, datang dengan sendirinya.
Langsung saja, aku mencatat satu
persatu nomor Mas Riszky, dan akhirnya aku hari ini, resmi jatuh cinta. Dengan
senyum – senyum sendiri, aku masuk kedalam minimarketku. “Mbak Gita, kok jadi
aneh begitu ya.”Bisik Salah satu, dari karyawanku. Aku abaikan saja, kata –
kata mereka. Terimakasih Tuhanku.
@
Nggak kerasa juga, aku udah 3 bulan,
jadian sama mas Rizky, dan Bang Affan, sudah sangat setuju dengan Mas Rizky,
rasanya semua yang aku perjuangkan tentang Mas Rizky, sudah terbayar lunas,
sekarang.
Hari ini, aku janjian dengan Mas
Rizky, dia kebetulan kerjanya libur, dan berjanji, mau menjemput aku, di Minimarketku.
Tapi entahlah dari tadi sore jam 3, hujan lumayan deras. Aku telfon Mas Rizky
juga, nomornya nggak aktif. Aku memutuskan untuk jalan kaki menerjang hujan, ke
terminal. “Mbak Gita, nggak apa, hujan – hujan, jalan ke terminal?”Tanya Pasta,
nama Karyawanku.
“Aku kuat.”Kataku meyakinkan,
Bismillah aku terjang air hujan, perasaanku mulai nggak enak, tentang Mas
Rizky, aku nggak paham, kenapa aku rasanya pengen sekali menangis. Ya Tuhan
perasaan apa ini? Semoga tak terjadi apa – apa dengan Mas Rizky.
Sekitar 30 Menit, aku berjalan
menuju terminal, denga keadaan basah kuyup, aku udah mulai menggigil
kedinginan. Tapi akhirnya sudah, sampai di terminal. Untunglah ada bus
terakhir, yang nanti bisa aku tumpangi menuju apartmenku. Sepertinya busnya
masih lama juga, dan hujan belum mau berhenti.
Aku memutuskan, untuk berteduh di
pos satpam jaga terminal, kebetulan disana ada dua orang yang sedang berteduh,
dan aman aku jadinya.
Tapi betapa terkejutnya aku, saat
tau siapa yang ada di dalam Pos Satpam. Ternyata Mas Rizky sedang bersama cewek
lain, sedang berciuman hujan – hujan begini, betapa sakitnya hatiku, saat ini. Mereka
juga terkejut, dengan datangnya aku. “Jadi begini maksud kamu, selama 3 bulan,
kamu bohong sama aku, ya kan, bilang jujur sama aku!”kataku, dengan berlinang
air mata. “Nggak Gita, tolong berikan aku buat, jelasin semua. Ya aku
mohon!”Kata Mas Rizky memohon.
“Dia siapa?”Tanya perempuan, yang
sedang bersama Mas Rizky. Belum sempat Rizky, menjawab aku sudah mendahului
dia. “Aku pacarnya yang kedua, dan sekarang aku serahkan Rizky sama kamu, aku
mundur.”Kataku, kemudian berlalu meninggalkan mereka yang mematung begitu saja
di Pos Satpam. aku berjalan meninggalkan mereka, tak tentu arah, air mataku mulai
menetes sangat deras.
Semua yang aku usahakan buat Rizky,
udah hilang dan lenyap demi Tuhan, aku tak pernah berpikir seperti ini, Tuhan
aku hanya ingin yang terbaik, untuk hidup aku, tapi jika ini yang terbaik buat
hidup dan hati aku, aku pasrahkan padamu Ya Tuhanku. “Mamah Papah,aku ingin bersamamu,
menyusulmu.”Kataku, dan kemudian.
“Mbak!!”Sebuah suara, mengejutkan
aku, dengan samar aku melihatnya di terpa air hujan, dan entahlah aku tak
mengerti apa lagi yang terjadi.
@
Aku ada dimana sekarang, kok putih –
putih, jangan – jangan aku ada di Surga? Hah di Surga?, tapi aku pastikan lagi
penglihatan aku, ya Tuhan, ada Bang Affan, dan seekor cowok, eh salah, seorang
cowok, yang sedang menunggui aku, tertidur disamping aku, pake ngiler lagi di
kasur aku, siapa sih dia?.
“Kamu siapa?”Tanyaku memasang wajah
heran, sambil menyubit lengannya, dia terkejut dan terbangun. “Awwww!!! Ada apa
?”Katanya terkejut, kemudian bengong dihadapanku, “Kamu siapa?”Tanyaku lagi.
“Aku yang nolong, kamu kemarin,
jangan cubit – cubit sembarangan, kenapa”Katanya, hah situ ngiler di kasur aku,
malah marah – marah gitu, makan juga tau. Aku perhatikan wajahnya, aku
sepertinya mengenal dia, dia temennya Rizky, yang dulu aku Tanya terus dimana
busnya Rizky.
“Kamu kenapa semalem hujan – hujan,
jalan kaki? Mau tes kekebalan tubuh ya?”Tanya dia. “Gila, yang mau tes siapa
sih, kamu nggak tau apa, aku abis putus sama Rizky, malah kamu bilang
gitu.”Jawabku,
“Eh..kamu putus sama Rizky?”Tanya
dia terkejut, aku mengangguk pelan, “Sorry aku nggak ngerti.”Katanya, aku
menceritakan semua pada mas itu. Entah kenapa aku sangat percaya dengan dia.
“Memang Rizky, udah punya pacar
mbak. Dia itu udah, nyakitin perempuan banyak banget. Aku sebenarnya, ngelihat
mbak berjuang sangat berat itu, sangat kasian. Yang sabar ya.”Katanya,aku hanya
mengangguk saja.
“Mbak, emang percaya sama saya,
kenapa mbak ceritakan semua, tentang hubungan kalian ke saya?”Kata dia.
“Aku nggak apa – apa, aku percaya
sangat sama mas.”kataku. perlahan terdengar suara pintu kamar terbuka, Bang
Affan masuk ke kamarku, terlihat dari gurat wajahnya terlihat agak sedikit
lega.
“Kamu tuh, buat abang khawatir
banget sih Gita, untung ada mas ini yang nolong kamu, kalau nggak ada bisa jadi
apa kamu?.”Kata Bang Affan. Aku menunduk menyesal, apa yang aku lakukan
ternyata benar – benar salah, dan menyusahkan Bang Affan.
“Oh..ya nama mas siapa ?”Tanyaku, “Allan.”Jawabnya,
namanya bagus cukup sederhana, aku merasa sangat tenang bersama dia. Entah hari
ini lewat begitu saja, bersama Allan.
@
Sudah seminggu, aku menahan rasa
sakit sendirian, Demi Tuhan aku nggak ngerti apa yang harus aku lakukan, aku
putuskan untuk menetap di kota orang, karena aku ingin melupakan Rizky, dan Mas
Allan. Oh..ya kemarin aku sempat, suka dan nembak Mas Allan, eh malah dia udah
punya istri, yah Tuhan..gini amat nasib aku, aku kan juga pengen punya keluarga
cemara sendiri, aiiizzzhhh bukan keluarga bahagia maksudnya.
Aku hari ini, sedang berada disebuah
taman kota, aku sengaja meliburkan diri aku sendiri, untuk menyendiri.
“Pagi yang cerah”Kata seorang cowok,
dengan suara cemprengnya. Aku menoleh kearah cowok yang, tiba – tiba berada
disampingku. “Iya secerah dompet, yang baru aja gajian.”Jawabku ngocol, “Ternyata
kita ketemu lagi ya.”Tambahnya lagi, hah ketemu lagi emangnya udah pernah
ketemu ya?.
“Kamu ingat nggak, waktu maghrib –
maghrib, minta diantar seorang cowok, buat mengejar sebuah bus.”Katanya lagi,
aku ingat iya, memang momen satu itu, membuat aku tersenyum sendiri.
“Iya aku ingat, emang kamu tau
darimana?”Tanyaku lagi penasaran, “Seseorang yang kamu suruh buat ngebut itu,
adalah aku.”Katanya, Astaga ternyata Mas ini adalah, mas yang tempo lalu itu.
“Waah mas, makasih loh, aku udah diingatkan, dan makasih masnya udah mau
anterin aku dengan suka rela.”Kataku.
“Sama – sama, aku rela, kalau hal
kemarin terjadi lagi, kamu minta diantar keluar angkasapun aku bakal, anterin
kamu. Karena kamu adalah, sang putri cantik berhati mulia, dan jika aku jadi
pangerannya, aku nggak bakal menyia – nyiakan kamu.”Katanya, aku tersipu malu,
demi Tuhan, saat yang tepat mas ini datang, memberi rayuan gombal.
“Aku Ahmad.”Katanya mengulurkan
tangan kanannya. Aku menerima uluran tangan kanannya, Semoga dia bisa mengobati
lukaku yang lumayan sakit ini. Tuhan jangan biarkan dia pergi dari hati aku,
aku jatuh cinta lagi Tuhan. Sama dia, Mas Ahmad. Semoga dia adalah akhir dari
petualangan cintaku, amin.
@
Tamat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar